Meski bukan satu-satunya, komik merupakan bahasa gambar
yang paling universal. Komik pada pertumbuhannya saat ini sangat didukung
kemajuan perangkat teknologi. Implikasinya, komik meluas tidak hanya
menggunakan medium kertas tetapi juga internet, printing, sampai animasi.
Kendati begitu, peluang dan kesempatan komik untuk berkembang di berbagai
medium tersebut sama besarnya. Malah setiap medium saling mendukung satu sama
lain.
Secara umum, komik sendiri sering diartikan dengan
cerita bergambar dalam majalah, suratkabar, atau dapat pula berbentuk buku,
yang pada umumnya mudah dicerna dan lucu, dan ada pula yang menampilkan
cerita-cerita serius. Tujuan utama komik adalah sebagai hiburan dalam bentuk
bacaan ringan, meski cerita yang disajikan beberapa diantaranya relatif panjang,
namun tidak selalu terkait dengan pesan-pesan moral tertentu. Namun secara
umum, komik terdiri dari teks dan gambar dan hal ini menjadi ciri utama komik
dibanding media serupa lainnya.
Dalam konteks perannya sebagai media komunikasi, komik
turut berperan dalam merepresentasikan aspek-aspek kehidupan sosial sebuah
masyarakat. Adegan-adegan komik yang menggelitik biasanya malah mampu
menyuguhkan gambaran atas realitas dengan sangat akurat. Namun persoalan
representasi bukan sesuatu yang mudah. Penggambaran tokoh dan adegan menjadi
sesuatu yang sangat penting dalam perannya untuk merepresentasikan realitas.
Sebuah seni yang melakukan kritik tentunya membutuhkan keterampilan yang
memadai yaitu mengubah realitas real (realitas pertama) menjadi realitas yang direpresentasi
(realitas kedua). Dalam proses representasi inilah muncul apa yang disebut
dengan praktik penandaan (signifying
practices).
Sebagai media komunikasi visual, komik sendiri
sesungguhnya memiliki varian, salah satunya adalah komik strip. Komik strip
adalah komik yang disajikan secara berkesinambungan dalam media massa seperti
suratkabar atau majalah. Namun, dalam perkembangannya, ada pula komik strip
yang disajikan secara mandiri artinya tidak memiliki hubungan cerita diantara
edisi satu dengan yang lainnya. Ketika membaca cerita itu, biasanya kita
menemukan lelucon segar, bahkan seringkali membuat kita menertawakan diri
sendiri dan lingkungan sosial kita.
Hal ini menurut Graeme Burton disebabkan oleh fungsi
media telah berkembang, salah satunya adalah fungsi kultural. Dalam menjalankan
fungsi kultural, media menghasilkan materi yang mencerminkan budaya dan menjadi
bagian dari budaya tersebut. Secara praktis dapat dikemukakan; pertama, materi
ini mempertahankan dan mentransmisikan budaya kita dan menghasilkan kontinuitas
bagi budaya tersebut; kedua, materi ini mengembangkan budaya massa dengan
mengorbankan keanekaragaman subkultur; dan ketiga, materi ini dapat
mempertahankan status quo dalam pengertian kultural, tetapi juga dapat
mendorong perubahan dan pertumbuhan.
Berkaitan dengan hal tersebut, ada tiga istilah yang
sering dipahami secara keliru, yakni komik, kartun, atau karikatur. Ketiga
istilah ini memang seringkali dipertukarkan, bahkan oleh para pelaku media
sendiri. Padahal sesungguhnya masing-masing memiliki karakter dan ciri khas
tersendiri.
Pertama, komik secara umum adalah
cerita bergambar dalam majalah, suratkabar, atau dapat pula berbentuk buku,
yang pada umumnya mudah dicerna dan lucu, dan ada pula yang menampilkan
cerita-cerita serius. Tujuan utama komik adalah sebagai hiburan dalam bentuk
bacaan ringan, meski cerita yang disajikan beberapa diantaranya relatif
panjang, namun tidak selalu terkait dengan pesan-pesan moral tertentu. Namun
secara umum, komik terdiri dari teks dan gambar dan hal ini menjadi ciri utama
komik dibanding media serupa lainnya.
Kedua, kartun adalah sebuah
gambar lelucon yang muncul di media massa yang biasanya hanya berisi humor
semata tanpa membawa kritik sosial apapun. Namun ada juga yang mengungkapkan
masalah sesaat secara ringkas namun tajam dan humoris sehingga tidak jarang
membuat pembaca tersenyum, dan ketiga, karikatur adalah deformasi
berlebihan atas wajah seseorang, biasanya orang terkenal, dengan
mempercantiknya dengan penggambaran ciri khas lahiriahnya dan biasanya bertujuan
untuk mengolok-olok.
Dari ketiga definisi di atas sesungguhnya dapat
diidentifikasi masing-masing perbedaan khusus. Namun demikian, persamaan umum
dari ketiga media visual tadi adalah sama-sama karya seni visual yang mudah
dicerna
Sumber : mangozie.net